TAT
A.
Sejarah (vy)
TAT sebagai salah satu alat tes proyeksi, merupakan tes
kepribadian yang mengungkapkan dinamika kepribadian yang manifest dalam
hubungan interpersonal, baik berupa apersepsi ataupun persepsi terhadap
lingkungan pada gambar TAT. TAT menggunakan teknik analisis isi dan body atau
self image (Bellack, 1993). Dengan TAT, testi ditugaskan untuk membuat cerita
(disebut sebagai tes verbal) berdasarkan gambar atau stimulus yang berupa
hubungan interpersonal. TAT merupakan tes suplemen bagi tes grafis atau Ro
(structural atau ekspresif). TAT disusun oleh Murray
dan Maron pada tahun 1935. TAT digunakan untuk remaja.
B. Landasan teori
TAT disusun berdasarkan teori kepribadian Murray yang
disebut teori personologi (Hall dan Lindsey,19) dan disebut pula teori need
(Hjelle dan Ziegler; 81). Teori personologi memandang manusia sebagai organisme
yang bersifat kompleks dan unik, sedangkan teori need memandang perilaku
manusia didorong oleh motivasi internal-eksternal. Manusia sebagai makhluk
biologis dan fungsi manusia bertumpu pada proses sistem syaraf, tidak sebagai pusat
kepribadian disamping merupakan pusat emosi, kesadaran, ingatan, konsep, sikap,
kebutuhan (need), keyakinan dan system value. Dengan otak sebagai pusat
kepribadian maka setiap peristiwa psikologis akan disertai proses fisiologis
(proses regnan). Teori need merupakan modifikasi dari teori psikoanalisis, Murray memandang motivasi
ketidak sadaran, sama pentingnya dengan motivasi kesadaran, tetapi motivasi
kesadaran lebih penting dari pada motivasi ketidak sadaran. Kepribadian
merupakan hasil interaksi antara hasil individu dan lingkungan, pengalaman masa
lampau terutama masa bayi dan kanak-kanak (komplek klaustral, oral, anal,
urethral, kastrasi), pengalaman masa kini, peran yang dimainkan, kelompok
social (group membership) dan pengalaman situasional.
Kabutuhan bersifat internal dan eksternal serta
kebutuhan merupakan 1) akibat atau hasil akhir suatu perilaku, 2) pola
perilaku, 3) perhatian dan respon selektif terhadap stimulus, 4) ungkapan emosi
atau perasaan, 5) ungkapan kepuasan atau kekecewaan. Klasifikasi kebutuhan
meliputi 1) viskerogenik-psikogenik, 2) terbuka-tertutup, 3) memusat-menyebar,
4) proaktif-reaktif, 5) kebutuhan poses modal-akibat kebutuhan saling
berinteraksi secara 1)prepotensi, 2) konflik, 3) fusi, 4) subsidasi.
Lingkungan dipandang sebagai tekanan (press) dan lingkungan
dipersepsikan sebagai press alfa dan press beta. Press alfa adalah persepsi
objektif terhadap lingkungan. Press beta adalah persepsi subjektif yang akan mempengaruhi
perilaku individu. Interaksi antara kebutuhan dengan lingkungan, yang diperoleh
pada masa kanak-kanak, tidak disadari dan merupakan kunci perilaku unik
manusia.
·
Fungsi
ego
Ego sebagai variable intervening antara kebutuhan latent
dan kebutuhan manifest artinya ego dengan pertahanan ego akan memunculkan
kebutuhan latent menjadi kebutuhan manifest seperti apa adanya atau dengan
mengubah kebutuhan latent sedemikian rupa. Fungsi ego sebagai fungsi kognitif,
akan menentukan secara selektif kebutuhan dan konflik yang boleh muncul pada
isi cerita TAT. Ego sebagai fungsi control maka pertahanan ego dan kebutuhan
perlu dipertimbangkan dalam evaluasi perilaku (respon terhadap tes proyeksi),
dan perlu diingat proses ego lebih determinan terhadap persepsi daripada
kebutuhan. Oleh karena itu untuk memahami kepribadian testee tidak bisa hanya
berdasarkan perilakunya, penglaman dan sejarah atau situasi kehidupannya.
Interpreter perlu mempunyai data otobiografi, data
perilaku dan data klinis testee secara maksimal. Jika data informasi yang
diperoleh cukup maka data TAT merupakan pelengkap bagi data-data tersebut.
Contoh jika subjek sangat pemalu maka ceritanya penuh dengan agresi dan
perasaan bersalah.
Kebutuhan yang manifest berupa perilaku figure, tidak
selalu merupakan perilaku sehari-hari testee, kemungkinan hanya berupa fantasi
tes testee. Hubungan antara kebutuhan yang berupa fantasi dan kebutuhan
perilaku, menurut Sabford (Bellack; 1993) sebagai berikut: 1) jika kebutuhan
itu didorong oleh kultural, ada kemungkinan kebutuhan tersebut sangat kuat atau
tinggi dalam fantasi, tetapi sangat kecil atau lemah dalam perilaku (behavior
need), 2) sebaliknya ada kebutuhan tertentu yang sangat lemah atau kecil dalam
fantasi tetapi sangat kuat atau tinggi dalam perilaku kebutuhan yang teratur,
menghindari kesalahan social dan kebutuhan untuk belajar, 3) ada sejumlah
kebutuhan yang mempunyai frekuensi tinggi baik secara fantasi atau pun
perilaku, seperti kebutuhamn yang dijinkan oleh kultural, yang sangat didorong
secara social, seperti kebutuhan berprestasi, persahabatan dan dominant.
C.
Aspek yang diungkap dalam TAT
Apersepsi merupakan pengalaman masa lalu yang digunakan
untuk dipersepsikan setiap stimulus baru. Menurut konsep metapsikologi
macam-macam aspek apersepsi yaitu:
ü Aspek Adaptif (dini)
Apersepsi adaptif jika testee memahami
stimulus-stimulus seperti realitas-realitas stimulus itu,
sehingga dengan stimulus itu
memungkinkan sebagian besar orang akan memepersepsikan cerita yang sama.
Misal stimulus orang
berkumpul dan pistol memungkinkan orang membuat cerita tentang agresi.
Aspek adaptif menyebabkan
seseorang akan mengatakan “apa” tentang stimulus pada kartu.
Persepsi adaptif atau non
adaptif biasanya dikaitkan dengan stimulus yang bersifat ambigu dan persepsi
adaptif sebagai hasil pengaruh fungsi motifasi atau mental set.
Bruner dan Goodman
(Bellak,1993),berpendapat disamping motivasi ,
kewaspadaan,
atau ketajaman persepsi
dapat pula mengakibatkan persepsi terhadap stimuli tertentu ditonjolkan.
Perlu diketahui ketajaman
persepsi merupakan bagian dari distarsi,
apersepsi desensif, meskipun ketajaman persepsi terhadap stimuli dapat
pula disebabkan oleh motivasi. Disamping itu kondisi fisiologis mempunyai pengaruh
terhadap apersepsi distorsi.
ü Aspek Ekspresif
Ekspresif merupakan cara testee untuk mengekspersikan
respon terhadap stimulus. Cara ini merupakan gaya kognitif seseorang untuk
mengatakan sesuatu yang mempunyai peran penting dalam testing psikologis,
kreatifitas,
artistik,
dan perilaku.
Holzman dan Klein
(Bellak,1993) mengatakan bahwa gaya kognitif berkaitan dengan pendataran dan
penonjolan dalam penggabungan antara pengalaman baru dan ingatan masa lalu.
Perlu diketahui ingatan bias
berupa ingatan yang disadari maupun yang tak disadari.
Konsep pendataran sangat
penting dalam diskusi tentang proses pertahanan ego.
Gardner dan Lohrenz (bellak,1993) membuat hipotesis
bahwa ada hubungan antara pendataran yang ekstrim dan kuatnya represi dalam
organisasi defensive individu. Sesungguhnya pendataran berhubungan dengan persepsi
bersifat normal sehingga terjadi sintesa dengan fungsi ego,
oleh karna itu menjadi logis
jika pendataran dan penonjolan merupakan aspek abadi dari fungsi ego.
Jika sintesa dengan fungsi
tidak terjadi maka akan terjadi gejala disosiasi dan pendataran yang sangat
ekstrim dilakukan karna adanya represi patologis.
Pendataran dan penonjolan
yang selektif dari berbagai komposit suatu stimulus mempunyai peran penting
dalam reaksi formasi dengan sifat-sifat yang diterima ditonjolkan dan
sifat-sifat yang ditolak didatarkan.Pandangan kognitif tentang proyeksi relavan
dengan apersepsi distarsi yang dikemukakan oleh Singer dan teori apersepsi
distarsi yang didasarka pada teori disonansi kognitif dari Festinger.
Singer mengatakan jika
individu dalam kondisi emosi, maka akan terjadi disonansi kognitif.
Salah satu cara untuk
mengurangi disonansi kognitif dengan melakukan distarsi persepsi.
Cara efektif meliputi:
(a)Jika individu tidak
menyadari perasaan dirinya maka perasaan terhadap dirinya akan timbul rasa
tidak nyaman, (b)Proyeksi rasionalisasi,
perasaan yang diketahui oleh
individu diproyeksikan pada individu yang sama
dengan dirinya,
karena ia percaya pada orang
itu seperti dirinya yang punya andil perasaan dengannya,
(c)Proyeksi emosi positif
hal ini terjadi karena individu tidak memahami secara wajar perasaan bahagia
yang dimilikinya. Pandangan Singer ini sangat relavan dengan test
proyeksi terutama TAT.
ü Aspek Struktural
Eisler (Bellak,1993) berpendapat bahwa persepsi
mempunyai struktur. Pengalaman persepsi yang bersifat kontinu akan
membentuk struktur kepribadian (terdiri id,
ego,
superego) dan pengalam masa
lalu secara kontinu akan mempengaruhi persepsi masa kini.
Disamping itu fungsi otonom
ego diantaranya intelegensi, karakteristik,
hereditas,
disposisi konstitusi,
akan membentuk dan
mempengaruhi apesepsi. Definisi proyeksi adalah merupakan apersepsi distorsi
yang ekstrim, dengan apersepsi mengontrol apersepsi masa kini dan
hal itu sangat menganggu fungsi adaptasi ego.
Perlu diketahui proses
psikologis merupakan proses kontimum, yaitu proses primer mempengaruhi proses sekunder dan
sebaliknya. Menguatnya proses primer akan disertai melemahnya
proses sekunder dan sebaliknya.
ü Aspek Genetik
Individu bukan merupakan tabula rasa tetapi mempunyai
faktor-faktor yang bersifat hereditas, mempunyai ego dengan perangkatnya dengan pengalaman
masa lalu. Dalam model genetik ini proyeksi ini merupakan basis
oral (konsep meludahkan makanan yang tidak enak
serta konsep good breast dan
bad breast dari Klein) dan konsep anal (berkaitan dengan hal kotor.
Persepsi dilakukan individu
sepanjang hayat.
Persepsi terjadi sejak awal
individu berhubungan dengan lingkungan.
Persepsi meliputi perseptif
indivudualisasi yang luas dari diferensi persepsi
tentang self dan orang lain.
Konsep genetic ditambah
sensasi (visual,thermal,tactile,propioceptive) dan isyarat persepsi sangat
punya pengaruh terhadap pengembangan self concept,
interaksi antara self dan non-self.
Apersepsi yang dimiliki masa
kini dipandang merupakan komposit seluruh pengalaman,
bukan hanya merupakan
special dengan pengalaman tertentu.
ü Aspek Topografi
Proses adaptasi mempunyai ranges dari kesadaran ke ketidaksadaran atau dari ketidaksadaran ke
kesadaran, yaitu sensitasi,
eksternalisasi,
simple proyeksi,
inverted proyeksi.
ü Aspek Ekonomik
Jika seseorang ingat terhadap obyek yang menimbulkan
ketegangan dan obyek tersebut telah terinternalisasi,
maka menguat
atau melemahnya stimulus
value akan dipengaruhi oleh apersepsi tersebut.
Misal apersepsi tentang
ayah, maka persepsi itu akan mempengaruhi respon figur
terhadap ayag pada kartu TAT. Dengan kata lain proses primer (apersepsi ayah)
mempengaruhi proses sekunder (berpikir dalam hal figure ayah).
ü Aspek Dinamik
Berhubungan dengan konsep pertahanan ego.
D.
Tema laten masing-masing individu (srh)
Kartu TAT ada 30 kartu. Masing-masing diberi nomor tanpa
kode (1,2,4,5,10,11,14,15,16,19,20) dengan kode B ( untuk anak laki-laki;kartu
nomer 13 B), M (untuk pria dewasa; kartu nomor 12 M), F (untuk wanita dewasa;
kartu nomor 12 F), G (untuk anak perempuan; kartu nomor 13 G), BM (kartu nomor
3 BM, 6BM, 7BM, 8 BM, 17 BM, 18 BM), BG ( kartu nomor 12 BG), MF ( karu nomor
13 MF), GF (kartu nomor 3 GF,6GF,7GF,8GF, 9 GF, 9 GF, 17 GF, 18 GF).
Kartu pokok bagi pria dan wanita ada 10 kartu yang harus
dibagikan secara berturut-turut yaitu kartu nomor 1,2,3BM,4,6BM,7GF, 8BM,9GF,10
dan 13 MF.
Kartu 1
Gambar anak lelaki yang termenung dan didepannya ada
biola di atas meja. Jika diijinkan menggunakannya hanya dengan satu kartu maka
Bellak akan memilih kartu ini, karena kartu ini dapat mengungkapkan total kepribadian.
Tema laten kartu ini adalah hubungan anak dengan figur
orang tua, motivasi prestasi, respon seksual simbolik, agresi dengan atau tanpa
konotasi seksual, kecemasan super ego, body image, body image/self image,
kecenderungan obsesi.
Kartu 2
Gambar pemandangan desa. Gambar yang didepan adalah
seorang gadis membawa buku, dibelakangnya gambar pria dewasa yang bekerja
diladang dan seorang wanita tua yang sedang memperhatikan si pria tersebut.
Tema laten kartu ini adalah hubungan keluarga, otonomi, compliance,
oedipal, sibling rivalry, kehamilan, homoseksual, kecenderungan kompulsi, dan
peran seksual.
Kartu 3BM
Anak lelaki yang duduk di lantai dengan kepala bersandar
di dipan dan dilantai disampingnya ada senjata.
Tema laten kartu ini adalah homoseksual laten, agresi, depresi.
Kartu 3GF
Gambar gadis berdiri dengan menunudukkan kepalanya,
wajahnya ditutupi dengan tangan kanannya. Tangan kiri berpegangan pintu kayu.
Tema latennya adalah perasaan depresi. Dibandingkan
dengan kartu 3BM maka kartu 3BM lebih bermanfaat dan testee lebih mudah
melakukan identifikasi.
Kartu 4
Seorang wanita memegang bahu seorang pria yang
berhadapan dengannya dan pria itu memalingkan tubuhnya, ia menarik diri dari
wanita tersebut.
Tema laten kartu ini adalah hubungan pria-wanita,
kesetiaan, sikap pria terhadap peran wanita, agresi, kelompok minoritas
(terutama wanita), masalah seksual, cinta segitiga.
Kartu 5
Seorang ibu tengah baya berdiri diambang pintu yang
setengah terbuka dan meilhat kedalam kamar.
Tema laten ibu yang sedang memperhatikan aktifitas yang
berbeda, yang merupakan simbolik dari masturbasi yang manifest, ibu yang baik
sedang memperhatikan anaknya, voyeuristik, ketakutan diserang, fantasi penyelamatan
dalam arti psikoanalisis.
Kartu 6BM
Wanita tua berdiri dan dibelakangnya ada seorang pria
muda. Pria muda itu memandang ke bawah dengan ekspresi bingung atau terkejut.
Tema laten tentang hubungan anak
lelaki dengan ibunya atau derivatnya dan tanpa emosional.
Kartu 6GF
Seorang wanita muda muda duduk di sofa menengok ke
belakang dan dibelakangnya berdiri seorang pria tua dengan pipa dimulutnya.
Tema laten hubungan antara anak wanita dengan ayahnya.
Dapat pula pria itu tampak sebagai orang sebaya dengan wanita tersebut dengan
beberapa kualitas agresor, pengganggu, dan mengajak untuk menikah.
Kartu 7BM
Seorang pria yang memperhatikan pria yang memperhatikan
pria muda yang merenggut dan melihat pada satu tempat. Tema laten hubungan ayah
dan lelaki serta derivatnya.
Kartu 7GF
Wanita tua duduk di sofa berdekatan dengan seorang anak
perempuan, wanita tersebut berbicara atau membaca buku untuk anak tersebut. si
anak memegang boneka dan melihat ke tempat yang jauh.
Tema laten hubungan ibu dengan anak perempuannya, tampak
anak tersebut mempunyai sikap negatif kepada ibunya, sikap terhadap anak yang
diharapkan.
Kartu 8BM
Gambar remaja lelaki memandang lurus kedepan. Tong
tempat senapan tampak pada satu sisi dan gambar latar belakang adalah peristiwa berlangsungnya
operasi bedah, seperti angan-angan. Tema laten agresi dan ambisi.
Kartu 8GF
Wanita muda duduk dengan bertopang dagu dan melihat ke
tempat jauh. Bellak mengatakan kartu ini kurang bermanfaat.
Kartu 9BM
Empat pria berbaring
di rumput dengan santainya. Tema laten hubungan dengan teman sebaya,
pria dengan pria, hubungan sosial, homoseksual dan prasangka sosial.
Kartu 9GF
Seorang gadis membawa majalah dan dompet, dibelakang
pohon ada gadis lain dengan pakaian pesta lari sepanjang pantai.
Tema laten hubungan wanita dengan wanita, sister
rivalry, permusuhan antara ibu dan anak gadisnya, depresi, kecenderungan bunuh
diri, paranoia. Seringkali figur pria, dikenalkan dalam gambar ini dan pria itu
bersifat mesra atau agresi berkonotasi seksual.
Kartu 10
Seorang gadis kepalanya bersandar pada bahu seorang
pria. Tema latennya hubungan pria dan wanita, pertemuan untuk berpisah atau
kedatangannya, homoseksual laten (jika respon cerita tentang hubungan pria
dengan pria tau wanita dengan wanita)
Kartu 11
Jalan menyusuri jurang yang dalam dengan karang yang
terjal. Di jalan yang jauh tampak ada figur yang tidak jelas. Dari salah satu
sisi bidang karang yang menonjol tampak leher dan kepala panjang seekor naga.
Tema laten ketakutan yang infantil/primitif, ketakutaan diserang, agresi oral,
kekuatan supranatural.
Kartu 12M
Seorang pria muda berbaring dengan mata tertutup,
didepannya berdiri condong kepadanya pria lebih tua yang kurus. Pria tua itu
mengulurkan tangannya di atas wajag pria muda.
Tema latennya hubungan pria muda dengan pria tua, ketakutan
homoseksual pasif.
Kartu 12F
Gambar seorang wanita muda. Dibelakangnya ada seorang
wanita tua yang aneh/mengerikan dengan syal dikepalanya dan menyeringai. Tema
laten tentang konsep figur ibu, seringkali tentang ibu mertua.
Kartu 12 BG
Perahu dayung di tepi sungai di hutan, tidak ada gambar
orang. Tema laten tentang bunuh diri atau depresi. Menurut Bellak (1993) kartu
ini kurang bermanfaat, kecuali untuk kasus sesuai dengan tema laten tersebut.
seringkali respon cerita kartu ini adalah seseorang yang meloncat atau jatuh
dari perahu.
Kartu 13 MF
Seorang pria muda berdiri dengan sedih dan tangannya
menutupi kepalanya. Dibelakangnya ada seorang wanita berbaring di dipan.
Tema laten tentang konflik seksual antara pria dan wanita.
Dengan figur wanita seringkali ditonjolkan cerita tentang ketakutan dirampok,
diserang, disiksa oleh pria. Dengan figur pria seringkali menunjukkan perasaan
bersalah karena aktifitas seksual, homoseksual. Seringkali muncul cerita
tentang deprivasi ekonomi, kecenderungan oral dan kompulsi obsesi.
Kartu 13B
Anak lelaki duduk di pintu masuk pondok kayu. Seperti
kartu 1 mendorong untuk membuat cerita tentang masa anak-anak.
Kartu 13G
Seorang anak perempuan sedang berjalan naik tangga suatu
bangunan. Menurut Bellak kartu ini kurang bermanfaat.
Kartu 14
Bayangan hitam seorang pria (wanita) di jendela. Tema
laten tentang identifikasi seksual, ketakutan terhadap gelap pada masa
kanak-kanak, kecenderungan bunuh diri. Dapat pula muncul cerita tentang pencuri
yang datang.
Kartu 15
Pria kurus dengan menggenggam tangannya berdiri diatas
nisan. Tema laten tentang kematian keluarga terdekat, ketakutan kematian,
kecenderungan depresi.
Kartu 16
Kartu kosong, menurut bellak kartu ini kurang bermanfaat
dan kurang mempunyai value.
Kartu 17BM
Pria dengan busana yang minim berpegangan tali, dalam
aktivitas turun atau naik. Tema laten ketakutan oedipal, perasaan homoseksual,
body image.
Kartu 17GF
Jembatan diatas sungai, seorang wanita bersandar pada
pagar jembatan tersebut. dibelakang tampak sebuah bangunan dan gambar kecil
seorang pria. Tema laten kecenderungan bubuh diri pada wanita.
Kartu 18BM
Seoang pria dicengkram tiga tangan dari belakang. Tema
laten kecemasan pada pria, ketakutan diserang pada homoseksual, nasib malang.
Kartu 18GF
Seorang wanita
dengan tangan mendekap tenggorokan wanita lain yang tampaknya terdesak di balik
seberang sandaran tangga.
Tema laten agresi yang dilakukan wanita, konflik ibu dengan anak
perempuan.
Kartu 19
Gambar aneh
tentang bentuk awan bergantung di atas pondok yang tertutup salju di sebuah
desa.
Kartu 20
Figur pria
atau wanita bersandar pada tiang lampu di remang-remang cahaya malam yang
sunyi. Tema laten ketakutan terhadap pria atau gelap (pada testee wanita),
ketakutan terhadap bandit (pada pria dan wanita), atau cerita tentang hal-hal
yang berbahaya dimalam hari.
E. Aplikasi TAT dalam bidang
Klinis.
TAT dengan
metode analisis, merupakan tes yang bersifat kompleks dan ekonomis. Bersifat
ekonomis karena TAT mengungkap dinamika kepribadian dalam kondisi khusus, yaitu
hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal berupa hubungan antara
pria-wanita sebagai figur otoritas, hubungan dengan teman sebaya pria dan
wanita, hubungan pria-wanita yang lebih muda dan hubungan dalam keluarga. Untuk
melaksanakan tugas psikodiagnostika yang kompleks perlu digunakan baterai tes
proyeksi. TAT sebagai tes suplemen bagi tes Grafis atau Ro. Bersama dengan Ro,
jika Ro dapat menerangkan intensitas kecemasan, maka TAT melengkapai dengan
menunjukkan sumber kecemasan itu pada hubungan interpersonal, pada situasi
tertentu. Selain itu TAT menunjukkan hirarki kebutuhan dan struktur kompromi
antara id, ego dan superego. Perlu diketehui dengan TAT belum tentu sukses
untuk mengungkap kasus disorder itu kemungkinan lebih sukses jika diungkap
dengan wawancara, Ro atau teknik yang lain. TAT dan Ro dapat dipertimbangkan
sebagai tes yang sifatnya kompetitive atau digunakan secara bersama.
a.
Studi tentang karakter dan
pertahanan ego pada TAT
TAT
merupakan alat yang terbaik untuk menganalisis problem karakter. Karakter
neurosis adalah bentuk disorder dengan penderita biasanya tidak menyadari
walaupun orang lain dapat melihatnya dengan jelas. Karakter ini merupakan ciri
sifat ego sintonik. Mereka tidak mengeluh karena disordernya tetapi justru sebagai
objek kebanggaan dan objek afeksinya. Disorder ini sering kali menyebabkan penderita
mengalami konflik atau kontak yang tidak menyenangkan dengan lingkungannya,
disorder ini akan menghasilkan kesulitan atau kegelisahan. Hal ini dapat
terjadi pada kompulsi-obsesi, individu mengisolasi emosinya sangat baik dan
tampaknya tidak dipengaruhi oleh kejadian yang sedang berlangsung
disekelilingnya atau penderita dapat mengontrol sedemikian rupa dan mereka
berpikir seperti mesin (efisiensi), tertib/teratur, kurang sopan dan kurang
hangat.
Pasangan
karakter neurosis adalah psikoneurosis, individu menderita karena simtom yang
bersifat subyektif dan disebut ego alien. Subyek menyadari ada sesuatu yang
asing pada dirinya.
Jarang
karakter neurosis yang tidak disertai oleh psikoneurosis dan sebaliknya jarang
psikoneurosis tidak disertai oleh karakter neurosis. Perbedaan antara karakter
neurosis dan psikoneurosis hanya dalam kuantitas. Karakter neurosis dapat
dikonsepsikan sebagai sindrom dengan pertahanan ego berfungsi dengan baik untuk
menghindari konflik secar langsung, hal ini terjadi karena miskinnya fungsi
ego. Kemiskinan ini dalam hal spontanitas, testing realitas, dan ketidak
mampuan belajar terhadap pengalaman masa lampau seperti pada neurosis yang
sukses.
Neurosis
yang sukses, Freud menyebutkan schiksalneurose, Bellak menyebutnya schlemiehl syndrome yaitu
disorder dengan individu selalu salah walaupun orang itu tidak menyadari
kecenderungan bermain dengan trik yang kotor. Desebut neurosis yang sukses
dalam anxiety, depresi dan simtom lain. Disorder ini mempunyai disturbanasi
masochistic.
b.
Coping
Konsep
lain yang terkait dengan pertahanan ego adalah coping. Pemahaman terhadap
coping subyek dalam melakukan tes merupakan cara yang sangat bermanfaat dalam
melakukan evalusi terhadap respon TAT, CAT, SAT. Perlu diperhatikan mengenai : (1) cara subyek
melakukan coping dengan tugas membuat TAT ;(2) cara memberikan respon secara
behavioral; (3) apakah cerita menunjukkan usaha coping yang baik; (4) apakah
subyek mencapai akhir/penutup cerita; (5) apakah ada cara lain yang berbeda
dengan cara yang digunakan untuk mencapai akhir cerita; (6) apakah usaha
pertama dalam cerita yang sukses diikuti oleh cerita yang menunjukkan
disorganisasi karena dorongan yang tidak terkontrol, atau cara lain dan cerita
selanjutnya apakah menunjukkan peningkatan usaha coping. Semua hal yang
berkaitan dengan perilaku, mimpi, simptom neurotik dan psikotik dapat dipandang
sebagai usaha coping.
c.
Pola cerita TAT dari kelompok
diagnostik
Berdasarkan hasil pengamatan Bellak (1993) pada
kelompok diagnostik dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Penderita dengan pertahanan ego avoidence; penderita hipomanic dan
manics; membuat cerita TAT yang panjang dan kaya.
(2) Manim seringkali menunjukkan kecenderungan oral corporation, banyak
referensi tentang makanan.
(3) Penderita yang frustasi dengan cerita TAT, membutuhkan waktu
berjam-jam untuk melihat materi yang tidak relevan dan membuat cerita yang
panjang.
(4) Penderita agora fobia tidak menunjukkan cerita dengan indikasi
agora fobia, dan anoroxia juga tidak menunjukkan cerita tentang anoroxia.
Walaupun orang itu dengan senang hati akan mengatakan pada tester bahwa dirinya
agora fobia dan anaroxia. Penderita agora fobia menunjukkan ambivalensi, ekshibisionisme,
ketakautan terhadap agresi sama seperti figur agresif yang dilawannya.
(5) Tidak jarang penderita kompulsi-obsesi memperhatikan bagian detail
pada gambar dan ia akan memberikan respon lebih dari satu cerita. Ada
kemungkinan ada jarak antara subyek dengan isi cerita dan menunjukkan sikap
sarkastik terhadap hero.
(6) Histeria dan hipomanik membuat cerita yang berhubungan dengan
afeksi dan mengidentifikasikan diri dengan hero ysng penuh semangat.
(7) Homoseksual manifest ada kecenderungan seringkali muncul referensi
homoseksual manifest dan ada pergantian identifikasi yang berulang tidak hanya
dari pria ke wanita tetapi juga dalam satu jenis seks.
(8) Penderita depresi membuat cerita dengan kecenderungan cerita
powerless, bunuh diri, depresi, self depreciation dan disertai super ego yang kuat.
(9) Penderita psikopat, cenderung memberikan hukuman ringan terhadap
agresi, dan menunjukkan integrasi super ego lemah.
(10)
Slip of the tongue
membuat cerita secara spontan dan segera diralat. Cerita itu menunjukkan bahwa
impuls agresi asli diganti dengan cerita berburu yang sangat dapat diterima
oleh budaya.
d.
Pola cerita TAT kasus Psikiatri
(1)
Psikoneurotik terutama histeria
dalm mengawali membuat cerita lebih cepat daripada depresi dan membuat cerita
lebih panjang dengan langkah cepat. Depresi banyak menghasilkan tema tentang
sakit, histeria lebih banyak membuat cerita tentang `tema perkelahian. Anxiety
reactive membuat cerita tentang tema man moving toward to man, depressive
reactive lebih banyak membuat cerita tentang man moving toward woman. Tema
cerita dari skozofrenia kataton tidak ada hubungan antara pria dan wanita.
(2)
Pebderita asma lebih banyak
membuat cerita tentang hostility, gangguan hubungan dengan orang tua yang lain
jenis. Tema cerita asma adan alergi adalah perasaan kesepian dan ditolak oleh
orang tua.
(3)
Skizofrenia laten sangat sulit
didiagnostik dengan TAT dan skizofrenia yang menifest yang dirawat diirumah
sakit tidak memerlukan diagnostik dengan TAT. Meskipun begitu, cerita penderita
skizofrenia latent biasanya menunjukkan cerita disturbansi yang luasa, seperti
bizzare idea, referensi kematian (reruntuhan dan kerusakan atau pembinasaan
pada kartu 11, biola yang pecah pada kartu 1), keluhan somatisasi, emosi
miskin, inkoherensi.
E. Administrasi
Tes
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Persyaratan umum psikodiagnostik agar testing dikatakan valid perlu diperhatikan, seperti kesiapan tester, rapport yang baik, kondisi tempat, atmosfer ruang tes, kondisi testee.
- Sebelum memberikan tes TAT, perlu diperoleh lebih dulu identitas testee yang jelas, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah saudara, nomor urut testee dalam keluarga, hubungan dengan saudara, identitas orangtua, hubungan ayah dan ibu, hubungan dengan teman spesial atau sahabat, taraf kecerdasan (tidak harus tes intelegensi), kesehatan psikologisnya dan permasalahan testee.
- Tester perlu melakukan konseling awal untuk mendalami permasalahan testee.
- Disamping itu perlu diberi tes grafis atau Ro, karena TAT merupakan tes merupakan tes suplemen bagi kedua tes tersebut dan TAT akan membantu menerangkan hasil dari tes grafis atau Ro. TAT dapat dilaksanakan secara individual, self administration dan kelompok.
Instruksi test (dini)
Untuk remaja dewasa normal kecerdasan rata-rata, instruksinya
sebagai berikut:”Ini adalah test
imajinasi bagian dari salah satu test intelegensi. Saya akan menunjukan kepada anda sejumlah gambar
secara satu persatu. Katakan awal cerita, cerita yang
terjadi sekarang ,terangkan
mengenai pikiran dan perasaan para figure dan bagaimana akhir ceritanya. Katakan apa saja yangada didalam pikiran mu.Anda
mengerti?.Ada waktu 50 menit.Untuk kartu pertama”.
Untuk anak-anak dewasa, dengan tingkat pendidikan rendah dan psikotik, intstruksinya
sebagai berikut:”Test ini adalah test
membuat cerita. Saya akan
mempunyai sejumlah kartu, saya akan
menunjukan kepada anda satu perstu dan buatlah cerita. Katakan apa yang terjadi sebelumnya, dan apa yang terjadi sekarang .Katakan bagaimana pikiran
dan persaan orang-orang tersebut serta bagaimana akhir ceritanya. Anda dapat membuat cerita tentang apapun.Anda
mengerti?. Oke ini kartu pertama. Anda punya
waktu 5 menit untuk membuat cerita”.
Perlu diperhatikan cerita kartu no.1 perlu dicek apakah sesuia dengan instruksinya, terutama
sudahkah cerita menunjukan awal cerita yangsedang terjadi dan akhir cerita, sudahkah
diceritakan pikiran dan perasaan para figure dalam gambar. Jika
kriteriatersebut sudah dipenuhi maka langsung dilanjutkan pada kartu
berikutmya. Tetapi jika hasil cerita belum sesuai dengan instruksi perlu
dikatakan “cerita ini baik, tetapi katakan dari awal cerita, apa yang terjadi
sekarang dan bagaimana akhir ceritanya”. Berikan kartu no. 2 setelah selesai membuat cerita dan ternyata belum memenuhi
instruksi dapat diperingatkan kembali. Berikan kartu no. 3 dan bila terjadi kesalahan pada kartu ini tidak perlu diceritakan lagi jika terjadi
kesalahan.
Inquiry
Inquiry diberikan setelah semua cerita berlangsung. Inquiry
diberikan secara asosiasi bebas atau berpikir tentang tempat, tanggal, dan nama depan
person, hal lain yang spesifik atau informasi yang istimewa. Inquiry juga
bisa berupa asosiasi bebas dan merupakan bagian dari psikoterapi. Perlu
diperhatikan jika testee membuat cerita yang pendek, kurang lengkap, dapat memberi
sugesti untuk melanjutkan ceritanya.
F. Asumsi dasar untuk
menarik kesimpulan TAT dan tes proyektif lain (vy)
Prinsip dasar adalah diagnosis hipotesisheuristik
berhubungan dengan, hubungan kausal, psikodinamika, struktur ego. Dalam
pengertian yang luas analisis hasil cerita verbal melibatkan enam metapsikologi seperti
adaptasi, genetika, dinamika, structural, ekonomis dan topografi. Hipotesis
diagnosis meliputi proposisi yang berhubungan dengan etiologi, treatment,
prognosis dalam satu kondisi tertentu. Rumusan diagnosis seperti itu
berdasarkan rumusan kontelasi dinamis karena testee dipandang sebagai
configurasi yang quasi-stable.
- prinsip totalitas perilaku. Menurut konsep organismik, setiap bagian merupakan fungsi dari totalitas perilaku. Tes kepribadian mengukur sample perilaku, berdasarkan itu akan ditarik kesimpulan tentang kepribadian secara totalitas untuk membuat diagnosis psikologi, hasil tes psikologi tetentu tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus diintegrasikan dengan hasil dari berbagai tes psikologi yang lain, selain itu untuk mendapatkan gambaran total tentang kepribadian sebaiknya mengintegrasikan data dari berbagai sumber diantaranya dari psikiater, social worker, medis, pendidikan. Integrasi data dari berbagai disiplin ilmu merupakan perinsip untuk menyimpulkan tentang kepribadian secara totalitas.
- prinsip determinisme psikologi, prinsip ini berdasarkan hokum kansalitas, artinya setiap yang dinyatakan atau situlis sebagai respon terhadap stimulus tertentu, merupakan produksi psikologi, mempunyai kausa dan arti. Disini perlu dikaitkan dengan prinsip over determination bahwa setiap bagian respon tes projeksi mempunyai arti lebih dari satu arti, saling berhubungan dengan memperhatikan tingkat organisasi kepribadian yang berbeda (sadar, prasadar, sadar-ketidak sadaran, perilaku yang disadari mempunyai berbagai arti yang berbeda dengan hal-hal yang ada pada ketidak sadaraan).
- prinsip kontinuitas, kepribadian seseorang mempunyai perinsip kontinu sehingga setiap hal yang dinyatakan oleh testee, walaupun dinyatakan dengan berbagai cara, tetapi hal itu saling mencerminkan totalitas kepribadian, sehingga masing-masing pasti mempunyai kesamaan.
- asumsi cerita TAT merupakan cerminan kepribadian testee. Lindsey (Bellak, 1993) mengemukakan sejumlah asumsi dan lima asumsi pertama disebut sebagai asumsi primer. Asumsi tersebut sebagai berikut:
- dalam membuat cerita testee mengidentifikasikan dirinya pada figure tertentu, dan pada figure inilah testee memprojeksikan karakterristik, kecenderungan, harapan, dorongan, usaha dan konfliknya pada figure tersebut.
- Hal-hak yang diprojeksikan tersebut dapat bersifat simbolik.
- Tidak semua cerita mempunyai nilai diagnosis terhadap impuls dan dorongan, tapi ada yang memiliki nilai diagnosis yang cukup luas, kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.
- Ada kemungkinan teman yang muncul karena stimulus secara langsung tidak mempunyai validitas jika dibandingkan dengan cerita yang tidak muncul walaupun stimulus ada dalam kartu (Bellack, 1993).
- Tema yang berulang merupakan cerminan dari konflik dan impuls testee.
- Tema merefleksikan disposisi, konflik abadi dan dapat pula merefleksikan disposisi dan konflik yang sekarang terjadi karena pengaruh administrasi tes.
- Tema cerita merefleksikan kehidupan masa lampau testee, walaupun testee tidak mengalaminya langsung, tetapi peristiwa itu hasil yang dilihat, didengar, atau dibacanya. Testi melakukan persepsi terhadap peristiwa tersebut secara selektif berdasarkan konflik dan impuls testee.
- Cerita tersebut mereleksikan pengaruh determinan kelompok dimana testee sebagai anggotanya (group membership) dan sosiokulturalnya. Pengaruh itu merupakan determinan kepribadiannya.
- Konflik dan disposisi yang tercermin pada cerita testee tidak selalu akan tercermin dalam perilaku atau kesadaran testee.
G. Skoring TAT
a.
Tema pokok
Tema
pokok merupakan usaha untuk menyatakan kembali inti isi cerita dan perlu
diketahui satu cerita TAT dapat mempunyai lebih darai satu arti,
direkomendasikan tema pokok dipecah menjadi 5 tingkatan, walaupun dari beberapa
contoh bellak hanya menggunakan 3 rtingkatan. Lima tingkatan itu adalah
a.deskribtif b.interpretasi c.diagnostik d.simbolik e.elaborasi.
b.
Tokoh utama/hero
Tokoh
utama adalah tokoh yang banyak diceritakan, perasaan dan idenya yang sering
didiskusikan dan tokoh utama ini merupakan figur tempat testee
mengidentifikasikan dirinya. Tokoh utama biasanya menyrupai testee dalam hal
usia, jenis kelamin, dan katateristik lainnya. Adakalanya figur pria
mengidentifikasikan dirinya pada figur wanita. Jika hal ini sering terjadi
dicurugai sebagai kecenderungan homoseksual laten (tergantung pada gambar
secara total). Darai pengalaman praktik
dengan kartu nomer 2, semua pria muda pria muda mengidentifikasi dirinya pada figur gadis, dan beberapa pria muda me
ngidentifikasi dirinya pada kartu 3BM
sebagai seorang wanita. Pekerjaan, interes, kemampuan, adekuasi tokoh sama
halnya dengan body image/self image seringkali melukiskan kualitas subjec,
Adekuasi
hero adalah kemampuan hero dalam
memecahkan masalah yang dapat diterima secara emosi, rasio, sosial, dan moral.
Adekuasi hero mempunyai kaitan langsung dengan ego sterngth testee. Hero bisa lebih dari satu, ada kemungkinan
testee mengidentifikasi dirinya sebagai hero kedu, disamping identifikasi
terhadap hero pertama yang cukup jelas. Dapat terjadi walau jarang terjadi
yaitu hero adalah figur dukenalkan tapi stimulus itu tidaka ada dalam gambar.
Body
image adalah bagaimana kesan testee tentang badan/dirinya. Sebagai objec body/self
image biola pada kartu nomer 1, kartu 3BM, dan 17BM
c.
Kebutuhan dan dorongan utama hero.
Behavioral
need : adalah kebutuhan yang mudah manifest terhadap perilaku, hal ini akan
ditunjukkan pada perilaku figur.
Behavioral need ini dapat berhubungan langsung dengan perilaku testee.
Tetapi dapat pula tidak ada kaitannya sama sekali, karena hanya berupa fantasi
testee. Disini interpreter harus memahami betul hubungan antara need latent dan
need yang manifest, untuk itu diperlukan penguasaan data klinis dan biografi
testee yang maksimum. Jika demikian halnya, maka data TAT dipandang sebagai
data komplementer bagi data biografi tersebut. Perlu diketahui bahwa seringkali fantasi jauh lebih tinggi dan
perilaku yang sesungguhnya sangat rendah, biasanya ini terjadi karena kebutuhan
itu dilarang oleh budaya untuk manifest.
Kesimpulan
dinamika : jika subjeck nampak seringkali nurturant dan suportif dengan figur
lain, patut dicurigai ada kemungkinan testee mengidentifikasi dirinya justru
dengan hero yang kedua atau ketiga. Artinya sifat figur yang nurturant tetapi
sifat testee sesungguhnya adalah succorant, dan suportif mempunyai arti
menghindari agresi, sehingga agresi diminimalkan dengan menyangkalnya.
Figur,
objek, dan situasi yang dikenalkan :
jika subjek mengenalkan senjata, walaupun tidak digunakan, dan mengenalkan
makanan walaupun tidak dimakan maka secara tentatif dapat diinterpretasikan sebagai kebutuhan
agresi dan oral. Jika dikenalkan pada figur yang tidak adil, deprivasi, maka
untuk interpretasi berstandart pada record.
Figur,objek
dan situasi yang diabaikan : jika subjek
mengabaikan senjata pada 3BM, 8BM, dan wanita yang mencekik pada 18GF, salah ssatu kemungkinan dapat
disimpulkan represi agresi. Pengabaian gambar setengah busana pada kartu 4 dan peniadaan
referensi seksual pada 13MF kemungkinan kesimpulannya adalah represi seksual.
d.
Konsep tentang lingkungan.
konsep
tentang lingkungan adalah campuran antara unconsious self perseption dan
distarsi aperseption stimuli dimasa lampau. Gambar lingkungan yang konsisten
dalam TAT akan menunjukkan gambaran kepribadian subjek, dan berguna untuk
memahami reaksi subjek terhadap
lingkungan sehari-hari.
e.
Figur tampak
sebagai.........................
TAT
merupakan alat utama untuk mengungkap dinamika
dan apersepsi distorsi tentang hubungan sosial. Disini bisa dipelajari
sikap hero terhadap figur orang tua,
sebaya, yang lebih muda dan inferior, sebagi bagian integral dari
skemanya.
f.
Konflik yang signifikan.
Disini
dapat diketahui konflik testee dan pertahanan ego untuk mengatasi konflik
tersebut. Konflik dapat terjari antara
doronagn dan dorongan, misal antara dorongan berprestasi dan kepuasan atau otonomi dan compliance, dapat
pula antara dorongan yang berasal dari sruktur kepribadian yang berbeda, misal
antara super ego dan agresi, sifat
kecemasan.
Disini
untuk mengetahui kecemasan pokok jarang ditekankan , tetapi sangat bermanfaat
untuk memcatat pertahanan ego yang terjadi dalam konteks tersebut, misalnya
apakah subjek pasif, fligth, agresi, orality.
g.
Pertahanan ego utama yang digunakan
untuk mengatasi konflik dan ketakutannya.
Pertahanan
ego digunakan untuk mengatasi dorongan, dengan melakukan analisis pertahanan
ego maka dorongan itu akan diketahui. Dalam TAT informasi pertahanan ego sangat
jelas jika dibandingkan dengan informasi tentang drongan itu sendiri. Contoh
untuk mengenal tentang obsesi, hal ini akan ditunjukkan oleh isi cerita testee
dalam satu kartu dalam satu tema, tema pendek dan deskriptif, manifest secara
berbeda tetapi mempunyai dinamika yang yang identik, pada tema yang suksesif
itu kemungkinan akan memunculkan dorongan yang dilarang muncul selama ini.
h.
Adekuasi super ego ditunjukkan oleh
hukuman terhadap perbuaan kriminal.
Berat
ringannya hukuman memberikan insight tentang kualitas super ego. Psikopat
biasanya tidak memberikan hukuman pada perbuatan membunuh, mungkin hanya
memberi sugesti bahwa hal itu merupakan
pelajaran dikemudian hari. Orang neirotik biasanya memberikan cerita hero
dibunuh, dihukum, dianiaya, mati karena sakit, baik secara sengaja atau tidak
sengaja disertai pula pelanggaran atau ekspresi agresi walaupun minimal. Super ego yang tidak
terintegrasi dan juga neurotik biasanya menunjukkan hukuman yang sangat berat
atau ringan.
i.
Integrasi ego
Disini
akan diterangkan cara subjek
mengkompromikan antara dorongan dengan tuntutan realitas dan bagaimana
super ego memimpin struktur kepribadian yang lain, adekuasi hero dalam
menghadapi masalah diketahui dengan cara
megkonfrontasikan gambar dengan
apersepsinya tentang stimulus gambar tersebut
Karateristik
formal yang perlu diperhatikan : apakah subjek mampu membuat cerita dengan
memperhatikan aspek adaptif stimulus secara layak, atau mengabaikan stimulus,
atau membuat cerita yang tidak ada
hubunganya dengan gambar, karena kurang memahami realitas atau sangad terikat
dengan masalahnya sendiri dan membiarkan
masalahnya diluar, bagaimana cara mengatasi kecemasan , apakah dengan cara
membuat cerita secara steriotip,
intelegen, kreatif,original. Dengan plot cerita, dapat diketahui cara pemecahan
konflik apakah adekuat, komplit, realistik, terstruktur atau aneh/bizzarre.
Jika
ada jarak antara subjek dan cerita ini, misalnya cerita terjadi di tempat yang
jauh dan terjadi sekian tahun yang lalu, hero sebagai penonton, atau dilaporkan
cerita berasal dari film, situasi emosional dilukiskan secara sarkastik, maka
hal ini menunjukkan usaha subjek menggunakan pertahanan ego isolasi. Sebaliknya
jika subjek melibatkan cerita diri
secara personal, misalnya ia mengatakan hal ini seperti terjadi pada diri saya,
maka hal ini menunjukkan kecenderungan nasistik.
H.
Summary dan final report
Setelah
semua cerita dianalisis, selanjutnya membuat summary dari tema (terutama tema
diagnostik) dan data yang signifikan untuk masing-masing cerita. Final report
sepenuhnya dapat ditulis sepenuhnya berdasarkan sumarry, tetapi dianjurkan
mengikuti urutan rangkaian 10 kategori
skoring. Tema pokok, tokoh utama, kebutuhan dan dorongan utama hero,
merupakan deskripsi struktur
ketidaksadaran dan kebutuhan subjek ; kategori skoring keempat, kelima
menunjukkan konsep tentang lingkungan dan orang-orang penting di sekitar
subjek. Kategori skoring keenam dan setrusnya digunakan sebagai judul untuk
memahami dimensi kepribadian subjek . Bagian pertama final repport berisi pernyataan abstrak secara umum tentang
subjek, bagian kedua final report berisi hal yang spesifik , dokumentasi
konkrit.
Bellak
(1993) menyarankan sebaiknya dalam membuat diagnosis mengikuti formula sebagai berikut : data
pada TAT konsisten pada.............(data dari berbagai sember lain)karena TAT
sebagai tes diagnostik bukann merupakan
tes utama /tunggal. Untuk diagnosis yang
valid disamping dibutuhkan bateray tes
dibutuhkan pula data dari berbagai disiplin ilmu.
Contoh
skoring TAT (lihat Bellak, 1993, hal.100-106)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar