BENDER-GESTALT TEST
A.
Sejarah
Tes Bender Gestalt dipublikasikan
pertama kali oleh Lauretta Bender pada tahun 1938. Kelebihan dari tes Bender
Gestalt adalah dapat mengungkap kerusakan fungsi otak dan gangguan emosi. Tes
ini dapat dikenakan pada anak-anak.
Kegunaan
tes Bender Gestalt adalah :
1.
Deteksi kemampuan visual motorik
- Untuk anak-anak usia 5-10 tahun
- Dapat disajikan secara klasikal
2.
Diagnos klinis
- Mendeteksi gangguan fungsi kognitif.
Misalnya gangguan fungsi neurologis
- Dapat digunakan untuk anak-anak usia
diatas 10 tahun
B.
Landasan
Teori
Tes yang dikembangkan oleh Lauretta
Bender 1938 berdasarkan penelitian Weitheimer 1923 mengenai penerapan psikologi
Gestalt dalam persepsi. Prinsip Gestalt dalam tes Bender Gestalt, adalah
kemampuan mempersepsikan sebuah desain menjadi satu kesatuan yang utuh.
C.
Aspek
yang Diungkap
The
Bender Gestalt Test digunakan untuk mengevaluasi kedewasaan visual,
keterampilan motorik integrasi visual, gaya menanggapi, reaksi terhadap
frustrasi (diagnosis klinis), kemampuan untuk mengoreksi kesalahan, dan
organisasi keterampilan perencanaan, dan motivasi. Menyalin angka memerlukan
keterampilan motorik halus, kemampuan untuk membedakan antara visual stimuli,
kapasitas untuk mengintegrasikan keterampilan visual dengan keterampilan
motorik, dan kemampuan untuk mengalihkan perhatian dari desain asli untuk apa
yang sedang ditarik.
D.
Administrasi
1.
Sediakan:
-
Dua lembar kertas HVS ukuran kuarto (8.5 x 11 inci) (dapat diberikan satu per
satu)
-
Sebuah pensil 2B (tidak dilarang menyediakan penghapus pensil).
2.
Binalah
rapport dengan subjek dan mulailah memberikan penjelasan tentang pelaksanaan
Tes Bender-Gestalt sambil menunjukkan rangkaian kartu tes.
3.
Instruksi : “saya memiliki Sembilan kartu
bergambar. Gambar-gambar dalam kartu ini harus kau gambar di kertas kosong yang
telah disediakan. Sekarang coba buat gambar ini.”
4.
Letakkan
kartu desain di atas kertas gambar anak (mintalah anak untuk menggambar dengan
kertas gambar dalam posisi vertical, sedangkan kartu tes dalam posisi
horizontal sesuai tanda penyajian).
5.
Observasilah
perilaku anak, antara lain meliputi:
-
Sering munculnya perilaku memutar kartu
-
Bila pada desain 8 anak memutar kertas untuk mencari tempat yang kosong untuk
menggambar, maka perilaku ini tidak dapat disebut perilaku memutar gambar
(jangan disekor sebagai rotasi).
-
Dalam mengerjakan anak cenderung lamban/perlahan atau tergesa-gesa. Meskipun
Tes Bender-Gestalt bukan tes kecepatan, namun perbedaan waktu mengerjakan akan
memberikan arti dalam interpretasi.
-
Penggunaan kata-kata/verbal untuk menggambarkan bentuk desain (anak menggambar
sambil memverbalisasi bentuk desain. Contoh: “ini garis lurus, lurus, lurus
terus disambung sama yang lengkung”) ataubila anak mengasosiasikan desain
tersebut dengan bentuk tertentu. Contoh desain 5: “Nah! Ini huruf Y yang
terbalik!” (jika anak benar-benar memutar kartu agar bisa membuat salinan huruf
Y yang terbalik, maka tester perlu member peringatan agar tidak dibalik.
-
Perhatikan pula bila terdapat perilaku anak yang sering menggambar dulu di
udara (membayangkan gerakan yang akan dilakukan) sebelum dia menggambar di
kertas. Atau bila anak sering mengikuti bentuk desain di kartu tes dengan
jarinya sebelum ia menyalin desain tersebut dalam kertasnya.
-
Bila anak menanyakan ukuran desain atau jumlah titik-titikdalam desain, tester
perlu member jawaban seperti “Cobalah membuat sepersis mungkin”. Bila anak
cenderung menghitung berulang-ulang karena merasa salah dalam menghitung, maka
tester harus memperingatkan “Kamu tidak perlu menghitung titik-titik ini,
cobalah saja untuk membuat yang mirip bentuknya”.
-
Bila anak meminta tambah kertas (dari 2 lembar kertas yang disediakan) maka
berilah anak kertas tambahan tanpa member komentar.
6.
Tes
Bender-Gestalt terdiri dari 9 buah kartu desain ukuran 4x6 inci. Untuk tes yang
klasikal (antara 2 sampai 30 orang) dapat dilakukan usaha sebagai berikut:
a.
Kartu
desain dapat diperbesar 3x lipat dengan proporsi yang sama dengan kartu asli
(dapat digunakan untuk kelompok yang kurang lebih berjumlah 6 sampai 15 orang).
b.
Menggunakan
Booklet tes Bender-Gestalt
c.
Menggunakan
OHP atai slide (terutama untuk kelompok yang besar)
d.
Memberikan
satu rangkaian kartu desain tes Bender-Gestalt pada setiap subjek
7.
Penyajian secara klasikal hanya dapat digunakan untuk kepentingan deteksi
kemampuan visual-motorik dan bukan untuk kepentingan diagnosis klinis.
- Skoring
Tes
Bender terdiri dari 9 kartu figure geometris
Figur A : terdiri dari figur sebuah lingkaran
dan persegi yang saling bersentuhan, bangun persegi membentuk diamond. Desain
ini ditentukan sebagai pendahuluan, karena dari figur ini akan dapat dilihat
sebagai pemahaman Gestalt individu, bahwa bagian-bagian yang saling berdekatan,
biasanya dipersepsi sebagai satu kesatuan.
Figur 1 : terdiri dari figur titik-titik yang
disusun mendatar, dengan jarak yang berbeda. Pada umumnya titik-titik ini akan
dipersepsi sebagai pasangan-pasangan titik dengan jarak yang paling dekat. Hal
ini menunjukkan proksimitas (kedekatan) dalam hukum Gestalt.
Figur 2 : terdiri dari figur tiga baris
bulatan-bulatan kecil yang diawali dengan peletakan bulatan kecil yang berbeda
pada setiap baris. Figur ini akan dipersepsi sebagai kelompok garis yang
terdiri dari tiga bulatan kecil dari kiri atas ke baewah kanan. Hal ini juga
menunjukkan tentang hukum kedekatan dalam Gestalt.
Figur 3 : terdiri dari figur titik-titik satu,
tiga, lima, dan tujuh yang dirangkai sedemikian rupa sehingga titik yang
berbeda ditengah berada pada level yang sama. Sementara titik-titik yang lain
diatur membentuk sudut diamond.
Figur 4 : terdiri dari figur persegi yang
terbka kearah atas dengan sudut kanan bawah bersentuhan dengan bagian tengah
garis berbentuk bel (bell-shaped).
Bentuk ini menunjukkan prinsip keberlanjutan Gestalt (continuity principle).
Figur 5 : terdiri dari figur garis lengkung
putus-putus terbuka ke bawah, bersentuhan dengan garis putus-putus serong ke
kanan di bagian atas.
Figur 6 : terdiri dari figur dua garis
bergelombang dengan panjang gelombang yang berbeda, saling bersilangan satu
sama lain dalam sebuah tautan.
Figur 7 dan 8 : terdiri dari figur dua konfigurasi dari
satuan bentuk yang sama, namun dengan peletakkan yang berbeda, sehingga akan
dipersepsi berbeda pula.
Hal-hal yang perlu di perhatikan
- Waktu yang di butuhkan oleh anak untuk menyelesaikan tes
o Sebagian anak yang mengalami kerusakan otak di tandai
dengan karakteristik impilsiveness (anak bekerja dengan sangat cepat tanpa rencana
atau pemikiran lebih mendalam). Adanya impulsiveness tersebut menyebankan anak
mengerjakan tes dalam jangka waktu yang sangat cepat dan mumunya menghasilkan
reproduksi yang buruk.
o Mekanisme pertahanan diri bagi impulsiveness adalah
compulsiveness. Compulsiveness umumnya di kaitkan dengan penyimpangan neurotik,
tetapi pada anak-anak yang mengalami kerusakan otak compulsiveness adalah
mekanisme pertahanan yang paling efisien dan realistik untuk mengatasi
impulsiveness. Compulsiveness pada anak yang mengalami kerusakan otak umunya di
lakukan denganb mengatur perilakuknya melalui kegiatan rutin yang kaku (rigid).
Oleh karena itu bila kita menjumpai subjek yang sangat lamban dalam mengerjakan
tes dan dia sangat berusaha keras untuk mengerjakannya, maka diagnosa pada
kerusakan otak dapat pula di eksplorasi dari lamanya waktu pengerjaan.
o Batas waktu pengerjaan subjek normal (Critical time
limit),
o Penelitian :
o 5,00 = 9 menit sampai 19 menit
o 5,06 = 9 menit sampai 17 menit
o 6,00 = 10 menit sampai 16 menit
o 7,00 = 9 menit sampai 20 menit
o Penelitian
koppits :
o 5,00 = 3 menit
sampai 10 menit
o 5,06 = 4 menit
sampai 10 menit
o 6,00 = 4 menit
sampai 9 menit
o 6,06 = 4 menit
sampai 9 menit
o 7,00 = 4 menit
sampai 9 menit
o 7,06 = 4 menit
sampai 9 menit
o 8,00 = 4 menit
sampai 9 menit
o 8,06 = 4 menit
sampai 9 menit
o 9,00 = 4 menit
sampai 8 menit
o 9,06 = 4 menit
sampai 8 menit
- Observasi yang cermat terhadap perilaku anak saat mengerjakan tes
Misalnya perilaku seperti berikut
a.
Mengikuti bentuk
desain dengan tangannya (tracing) sebelum menggambarnya
b.
Menandai bagian
desain yang sedang di gambarnya dengan jari , misalnya tangan kanan di gunakan
untuk menggambar, jari tangan kiri menandai bagian yang sedang di gambarnya
dengan pensil, di tangan kanan, misalnya sedang menggambar garis, sudut dan
sebagainya.
c.
Hanya melihat
sekilas pada satu desain, kemudian menyingkirkan kartu desain dan mereproduksi
hanya berdasarkan memori, seolah-olah kartu kehadiran stimulus hanya akan
menanggungnya saja.
d.
Melakukan rotasi
pada kartu stimulus atau pada kaetas gambarnya dan mereproduksi gambar tersebut
dalam posisi yang di putar, tetapi setelah subjek selasai menggambar, ia
memutar hasil reproduksinya ke dalam posisi yang benar.
e.
Melakukan chek danb
rechek terhadap jumlah titik atau lingkaran yang di buatnya selama berkali-kali
seolah-olah ia tak pernah yakin bahwa hasil reproduksinya benar.
f.
Perilaku impulsif,
di mana subjek menggambar dengan cepat-cepat tetapi kemudian menghapusnya dan
mencoba memperbaiki gambarnya dengan usaha yang sangat keras.
g.
Menunjukkan rasa
ketidak puasan tetapi ia mengerjakan dengan ogah-ogahan dan subjek seolah-olah
tampak berusaha memperbaiki pekerjaannya meskipun tanpa hasil.
Ø Semua perilaku di atas sebagian besar di temukan pada
subjek yang mengalami kerusakan otak, tetapi tidak semua anak yang mengalami
kerusakan otak menunjukkan semua perilaku-perilaku di atas.
Ø Perilaku a,b,c,d plus waktu pengerjaan yang sangat lama,
secara eksklusif tampak pada anak-anak yang mengalami hambatan neurologis dan
merupakan wujud kompensasinya karena penyimpangan persepsi.
Ø Perilaku e,f,g dan waktu pengerjaan yang sangat lama umum
di temukan pada anak-anak yang perfeksionis dan kompulksif meskipun tidak
menderita kerusakan otak. Bedanya anak-anak yang perfeksionis (tapi tidak mengidap
kerusakan otak) umumnya menghitung titik atau lingkaran yang di buatnya tetapu
tahu jumlah gambar yang di buatnya dan membetulkan gambarnya sesuai dengan yang
di anggap benar. Ketidakpuasan subjek juga muncul meskipun (menurut tester)
gambar yang di buatnya sudah cukup baik. Selain itu waktu yang di butuhkan
panjang di sebabkan oleh keinginan
subjek yang perfeksionis untuk memenuhi standatnya yang tinggi bukan karena
kesuakam untuk mempersepsi atau mereproduksinya dengan tepat.
- Inqury pada anak apakah anak sadar akamn kesalahan yang di buatnya dan bila perlu anak di minta untuk menggambar kembali desain-desain yang mengalami kelainan sangat ekstrim.
o Pertanyaan yang sering muncul apakaj test BG dapat
membedakan anak-anak yang penderita
kerusakan otak yang mengalami hambatan akibat gangguan reseptif (contoh
gangguan dalam persepsi visualnya) atau akibar dari gangguan ekpresif (contoh
hambatan dalam mereproduksi apa yanh telah di persepsinya)
o Pada anak-anak yang masih sangat muda, kedua hakl
tersebyt berkaitan dengan kemasakan, semakin muda usia seorang anak, semakin
belum matang kemampuan reseptif dan ekspresifnya, oleh karena itu perbedaan
gangguan di atas baru tampak nyata pada anak-anak yang kebih tua atau orang
dewasa pada umumnya telah mencapai kemasakan dalam integrasi visual-motorik.
o Meskipun demikian tes BG tetap dapat membedakan gangguan
di atas dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Tanyakan anak
apakah gambar apakah gambar reproduksinya mirip dengan desain stimulusnya
(meskipun anak melakukan kesalahan yang sangat berbeda). Bila anak mengalami
gangguan persepsi, maka anak tidak dapat mengetahui kesalahannya. Meskipun anak
di minta untuk menggambar jembali, umumnya ia tetap mengalami kesalahan yang sama meskipun telah
di tunjukkan kesalahannya
Anak-anak yang mengalami gangguan di atas, tetapii bisa
beradaptasi dengan gangguan persepsi visualnya (misalnya karena kapasitas
memori dan kemampuan untuk memahami konsepnya normal), Maka fungsi ekspresi
motoriknya umumnya tidak terganggu. Kasus semacam ini umunya di temui pada
anak-anak yang mengalami kerusakan otak
(terutama dalam persepsi visualnya) namum memiliki inteligensi yang tinggi.
b.
Bila hasil
reproduksi sangat buruk, namun ketika di tanyakan subjek dapat
mendeskripsikannya, asal dengan baik (dapat memahami prinsip gestalt dari
desain atau desain yang di gambarkan sebagai satu kesatuan yang utuh, memahami
bentuknya, arahnya, atau jumlahnya), maka akan ada kemungkinan gangguan
terletak pada kemampuan ekspresi motoriknya. Bila anak mampu mendeskripsikan
dengan baik, namun setelah di minta menggambar kembali tetap belum ada
perubahan, maka dapat di sumsikan gangguanm terketak pada kemampuan ekspresi
motoriknya.
- Melakukan penyekoran berdasarkan the developmental scoring sytem dan melakukan evaluasi keseluruhan skor test bender gestalt.
Skorlah hasil tes subjek dengan the development scoring
sytem dan lakukan intepretasi terhadap hasil keseluruhannya (melalui tabel
persentil atau estimasi kemampuan visual motorik).
- Melakukan analisis yang detail terhadap penyimpangan-penyimpangan individual yang di lakukan subjek untuk menentukan diagnisa yang tepat
a.
Adanya sudut yang
hilang
Pada desain A (umum terdapat pada subjek yang brain Injury/B
)
Pada desain 7 dapat terjadi pada BI dan non BI (NBI),
tetapi pada BI terjadi pada semua tingkat usia sedangkan NBI hanya anak-anak di
bawah usia 8,00
Pada desain 8 daoat terjadi pada BI dan NBI, tapi pada
NBI dapat terjadi pada anak-anak di bawah usia 6,00
b.
Mengganti sudut
dengan lengkungan
Pada desain 6 umum terdapat pada subjek yang BI dan NBI,
tapi BI terjadi pada semua tingkat usia
c.
Mengganti garis
lengkung denganb garis lurus
Pada desain 6 jarang terjadi pada NBI ataupun BI , tapi
bila terjadi sangat signifikan untuk diagnosa BI
d.
Proporsi bangian
desain yang tidask seimbang
Pada desain A umum terdapat Bi dan NBI, tapi pada BI
hanya terjadi sampai usia 6,00
Pada desain 7 umum terdapat BI dan NBI tapi pada NBI
hanya terjadi sampai usia 7,00
e.
Lima atau lebih
lingkaran di ganti dengan titik
Paa desain 1 umum terdapat pada subjek yang BI dan NBI,
tapi pada BI terjadi pada semua tingkat usia
Pada desain 3 umum terdapat BI dan NBI, tapi pada NBI
hanya sampai usia 6,00
Pada desain 5 umum terdapat pada BI dan NBI, tapi pada
NBI hanya terjadi sampai usia 8,00
f.
Rotasi >/45’
Pada desain 1,4,8 (sanagt signifikan untuk mendiagnosa BI
pada semua tingkat usia)
Desain A dan 5 signifikan untuk mendiagnosa BI pada tiap
tingkat usia
Pada desain 7 umum terdapat pada BI dan NBI tapi pada NBI
hanya terjadi sampai usia 6,00
Padan desain 3 umum terdapat BI dan NBI, tapi pada NBI
hanya terjadi sampai usia 7,00
Pada deain 2 umum terdapat pada BI dan NBI, tapi pada NBI
hanyan tetjadi sampai usia 8,00
g.
Gagal untuk
mengintegretasikan bagian-bagian desain
Pada desain A dan 4 signifikan untuk mendiagnosa BI pada
semua tingkat usia
Pada desain 6 jarang terjadi pada BI, bila terjadi, maka,
sanagt signifikan untuk mendiagnosa BI
Pada desain 7 umum terjadi pada BI dan NBI tapi pada NBI
hanya terjadi di bawah usia 6,00
h.
Penambahan atau pengurangan
baris lingkaran
Pada desain 2 umum terdapat pada sebjek BI dan NBI, tapi
bila terjadi di atas usia 6,00 maka sanmgat signifikan untuk mendiagnosa
BI
i.
Hilangnya bentuk
desain
Pada desain 3 umum terdapat pada subjek BI dan NBI tapi
bila terjadi di atas usia 5,00 maka sigbifikan untuk mendiagnosa BI
j.
Mengganti deretan
titik dengan garis
Pada desain 3 dan 5
jarang terjadi pada BI, tapi bila terjadi, maka sangat signifikan untuk
mendiagnosa BI pada semua tingkat usia
k.
Perseverasi
(pengulangan)
Pada desain 1,2,dan 6 umum terdapat pada subjek BI dan
NBI tapi bila terjadi pada usia di atas 7 maka sangat signifikan untuk
mendiagnbosa BI
- Evaluasi terhadap space (lompat)yang di butuhkan untuk menyelesaikan ke-9 desain tes
Penelitian terhadap 103 subjek BI dan 281 subjek kelompok
kontrol, terbukti bahwa 17 subjek BI atau 16,5 % menggunakanm 2 atau lebih
kertas untuk menggambar ke-9 desain, sedangkan kelompok kontrolnya hanya 0,7 %.
Pada BI penggunaan dua lembar ketas atau lenih di lakukan oleh subjek dari semua
kelompok umur, sedangkan pada kelompok kontrol terjadi hanya pada subjek-subjek
preschooler. Bila penggunaan 2 atau lebih kertas di lakukan oleh subjek usia
sekolahm maka dalam memberikan diagnosa harus lebih cermat, apakah BI atau
karena gangguan emosi (subjek yang impulsif dan mengalami acting-out
behavior).
- Validitas
Studi tentang validitas teknik proyektif yang banyak
dilakukan adalah concurrent criterion-related validity. Dengan cara
membandingkan performansi dari kelompok-kelompok kontras, seperti kelompok
okupasional dengan kelompok diagnostik, dengan menggunakan alat ukur lain yang
mengungkap hal yang sama.
Sehubungan dengan keabsahan Bender dengan anak-anak,
Koppitz melaporkan
korelasi
koefisien dari sekitar 0,50 sampai setinggi 0,80 antara Bender-Gestalt dan
kecerdasan yang diukur oleh Stanford-Binet atau Wechsler Intelligence Scale
untuk Anak-anak sampai sekitar usia 10. Di luar usia ini drop korelasi pada
dasarnya nol sebagai anak-anak yang lebih tua yang paling mendapatkan skor hampir
sempurnaDia juga melaporkan korelasi tinggi relatif antara nilai Bender dan
prestasi pendidikan selanjutnya-kelas anak-anak pertama.
Koppitz juga melaporkan relatif tinggi korelasi
antara Bender intelektual dan akademis dan kinerja terbelakang untuk anak-anak
serta anak-anak didiagnosis Dengan memiliki kerusakan otak minimal, ia
melaporkan bahwa Bender adalah alat diagnostik yang berharga tetapi
memperingatkan bahwa tidak boleh digunakan sendiri, tetapi dalam kombinasi
dengan tes psikologi lainnya dan apapun latar belakang informasi yang tersedia.
-
Reliabilitas
Pada teknik proyektif, reliabilitas skor
tidak sekedar memberikan skoring yang objektif, tetapi juga merupakan tahap
memberikan integrasi dan interpretasi secara lengkap. Beberapa skorer memberikan
penilaian pada seorang testee, untuk kemudian dilihat konsistensi hasil
skoringnya. Semakin konsisten hasilnya, menunjukkan reliabilitas yang tinggi;
sebaliknya konsistensi yang rendah, menunjukkan reliabilitas yang rendah pula.
Hasil melibatkan Bender dengan anak-anak
mengungkapkan keandalan interscorer sangat tinggi dengan korelasi 0,90 dan di
atas. koefisien reliabilitas tes ulang-Test dengan anak-anak berkisar dari
rendah sekitar 0,50 dengan anak-anak TK yang diukur 8 bulan terpisah untuk 0,90
dengan kelompok usia yang sama diukur dua minggu terpisah. Mayoritas lebih dari
20 studi keandalan yang berbeda dilaporkan oleh Koppitz mengungkapkan koefisien
korelasi pada kisaran + 0,80 dan menyarankan bahwa normal anak-anak sekolah
dasar menunjukkan pola yang relatif stabil-Gestalt skor Bender dari satu pemerintahan
ke yang berikutnya.
- Interpretasi
Sebuah sistem penilaian tidak harus
digunakan untuk menafsirkan kinerja pada Tes Bender Gestalt, namun ada beberapa
sistem skoring yang valid dan dapat diandalkan. Banyak dari sistem penilaian
yang tersedia fokus pada kesulitan tertentu yang dialami oleh pengambil tes.
Kesulitan-kesulitan ini dapat menunjukkan kemampuan visual-motor miskin yang
meliputi:
- kesulitan Sudut: ini mencakup peningkatan, penurunan, distorsi, atau menghilangkan sudut pada gambar yang.
- Aneh mencoret-coret: ini melibatkan penambahan komponen khas gambar yang tidak memiliki hubungan dengan tokoh Bender Gestalt asli.
- kesulitan Penutupan: ini terjadi ketika menguji memiliki kesulitan menutup ruang terbuka pada seorang tokoh, atau menghubungkan berbagai bagian gambar. Hal ini menyebabkan kesenjangan dalam gambar disalin.
- Kohesi: ini melibatkan menggambar bagian dari tokoh besar atau lebih kecil daripada yang ditampilkan pada gambar asli dan di luar proporsi dengan seluruh gambar. Kesalahan ini juga dapat mencakup gambar tokoh atau bagian dari sosok nyata di luar proporsi dengan tokoh-tokoh lain yang telah ditarik.
- Tabrakan: ini melibatkan berkerumun atau membuat desain akhir dari satu desain untuk di overlap atau menyentuh bagian dari desain yang lain.
- Kontaminasi: ini terjadi ketika seorang tokoh sebelumnya, atau bagian dari sosok, pengaruh menguji dalam penyelesaian yang memadai dari angka saat ini. Sebagai contoh, sebuah diuji dapat menggabungkan dua angka yang berbeda Bender Gestalt.
- Fragmentasi: ini melibatkan menghancurkan bagian dari sosok dengan tidak menyelesaikan atau memecah angka dengan cara yang sama sekali kehilangan rancangan aslinya.
- Impotensi: ini terjadi ketika menguji menarik angka akurat dan tampaknya mengakui kesalahan, lalu, dia membuat beberapa kali gagal untuk memperbaiki gambar.
- Irregular kualitas garis atau kurangnya koordinasi motorik: ini melibatkan menggambar garis kasar, terutama ketika menguji menunjukkan gerak gemetaran, selama gambar gambar.
- Line ekstensi: ini melibatkan penambahan atau memperluas bagian dari sosok disalin yang tidak pada sosok aslinya.
- Kelalaian: gagal ini melibatkan cukup menghubungkan bagian-bagian gambar atau mereproduksi hanya bagian sosok.
- Tumpang Tindih kesulitan: Ini termasuk masalah di bagian gambar tokoh yang tumpang tindih, menyederhanakan gambar pada titik yang tumpang tindih, membuat sketsa atau menggambar ulang bagian yang tumpang tindih, mendistorsi atau gambar di titik di mana tumpang tindih.
- Perseveration: ini termasuk meningkat, memperpanjang, atau melanjutkan jumlah unit dalam angka. Sebagai contoh, sebuah diuji dapat menarik lebih titik signifikan atau lingkaran dari ditampilkan pada gambar asli.
KESIMPULAN
Dari alat tes
Bender-Gestalt ini, kita dapat mengetahui ada atau tidaknya gangguan fungsi
kognitif pada anak usia 5-10 tahun. Administrasi alat tes ini mudah, cepat (hanya terdiri dari desain), murah, dan
tes dilaksanakan seperti dalam situasi bermain (karena anak hanya diminta
menggambar/menyain). Anak yang potensial mengalami
sesuatu, malah akan memanifestasikan hal-hal yang potensial tersebut (bisa
karena stimulus menimbulkan emosi), contoh anak menjadi marah, menangis, dan
lain-lain.
sumbernya drmn ya gan??
BalasHapussumbernya dari mana ?
BalasHapus